Apa itu Merdeka Belajar? - Aksi Nyata Pemahaman Merdeka Belajar
Barang kali, tidak asing bagi pendidik dan orang yang berkecimpung di dunia pendidikan, mendengar kata Merdeka Belajar.
Bahkan berpendapat bahwa merdeka belajar itu suatu "kebebasan", belajar boleh, tidak pun boleh "bebas", siswa tidak dituntut untuk melakukan apapun, benar atau salah/ baik atau tidak, "bebas".
Setelah mempelajari dan memahami tentang Merdeka Belajar melalui situs Merdeka Mengajar (Pelatihan Mandiri), pendapat sebagian orang mengenai kurikulum merdeka sangatlah berbeda.
Mengutip dari wesite Kemendikbud, Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.
Ternyata kebebasan yang dimaksud merupakan kebebasan atau keleluasaan untuk mengelola pembelajaran sesuai kebutuhan dan minat peserta didik.
Pendidik perlu mengenali dan memahami perannya sebagai pendidik, sebelum mengelola pembelajaran. Caranya yaitu dengan mengenali kekuatan dan kelemahan diri, kemudian dikelola untuk mendidik peserta didik. Peran sebagai guru yaitu memenuhi kebutuhan dasar manusia (kebutuhan lahir dan kebutuhan batin).
Mendampingi Murid dengan Utuh dan Menyeluruh (Sesuai pemikiran Ki Hadjar Dewantara)
1. Kodrat Keadaan, ada 2 yaitu kodrat alam dan kodrat zaman
Cara untuk menghubungkan dasar pendidikan dengan kodrat alam yatu dengan menghubungkan sifat dan lingkungan peserta didik dimana mereka berada. Guru membantu murid mendapatkan pembelajaran konteksual sesuai lingkungan mereka berada
Sedangkan kodrat zaman merupakan bagian dasar pendidikan peserta didik yang berhubungan dengan "isi" dan "irama" sesuai dengan perkembangan zaman.
Misalnya: teknologi yang berkembang saat ini membuat cara belajar dan interaksi peserta didik berubah. Maka pendidik perlu meemberikan pembelajaran yang berorientasi sesuai dengan kecakapan/ keterampilan abad ke-21 (berpikir kritis, kreatif, komunikasi, dan kolaborasi)
Untuk mewujudkan dan memelihara hal tersebut diperlukan prinsip-prinsip Ki Hadjar Dewantara dengan asas Tri-Kon (Kontinyu, Konvergen, dan Konsentris)
-Kontinyu: kemajuan kebudayaan merupakan keharusan lanjutan langsung dar kebudayaan itu sendiri
-Konvergen: kebudayaan menuju arah kesatuan kebudayaan dunia (kemanusiaan)
-Konsentris: kebudayaan harus mempunyai karakteristik dan sifat kepribadian sendiri sebagai pusatna dalam lingkungan kebudayaan dunia (kemanusiaan)
Maka, dengan Tri-Kon sebagai prinsip untuk melakukan perubahan, kebudayaan Indonesia tidak akan tertinggal, dan akan berjalan beriringan dengan kebudayaan lain sesuai ciri khas dan karakter Indonesia.
Apakah pendidik lebih tau apa yang diinginkan oleh murid??
Yuk kita pahami teori berikut ...👇
Teori Konvergensi dan Pengaruh Pendidikan
Teori Konvergensi didasarkan atas dua teori utama, yaitu:
-Teori Tabularasa (Anak ibarat kertas kosong yang daat diisi dan ditulis oleh pendidik dengan pengetahuan dan wawasan yang diinginkan pendidik)
-Teori Negatif (Kodrat anak ibarat kertas yang sudah terisi penuh dengan berbagai macam coretan dan tulisan)
Namun kedua teori ini tidak membuat Ki Hadjar Dewantara menganggap mutlak teori tersebut. Bahwa Ki Hadjar Dewantara memberikan pandangan baru , dengan menggabungkan kedua teori (teori tabularasa dan teori negatif menjadi TEORI KONVERGENSI.
"Kodrat manusia sebagai suatu kertas yang sudah terisi dengan tulisan-tulisan yang samar dan belum jelas arti dan maksudnya - Ki Hadjar Dewantara"
Tugas pendidikan untuk membantu manusia atau individu dengan memperjelas tulisan samar dan belum jelas tersebut dengan tuntunan terbaik.
Pada Teori Konvergensi oleh Ki Hadjar Dewantara, membagi Budi Pekerti (Watak Manusia) menjadi dua bagian yaitu bagian biologis dan bagian intelligible.
-Bagian biologis melekat ada manusia sepanjang hidupnya yang tidak dapat berubah, seperti rasa takut, rasa malu, rasa kecewa, iri, rasa egoisme, perasaan berani dan segala perasaan dan jiwa manusia.
-Bagian intelligible merupakan bagian yang 'dapat berubah' karena keadaan maupun pengaruh lingkungan, salah satunya pengaruh dari pendidikan, seperti kecakapan dan keterampilan pikiran kemampuan menyerap pengetahuan.
Contoh: ada peserta didik yang mempunyai kebiasaan buruk mengkonsumsi makanan cepat saji yang membahayakan kesehatan pencernaan mereka jika dikonsumsi terus-menerus. Setelah diberikan pengetahuan dan oleh guru tentang makanan sehat dan zat aditif, peserta didik sadar bahwa yang dilakukan dapat membahyakan kesehatan. Sehingga peserta didik lebih berhati-hati dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi. Kesimpulan: Intelligible peserta didik 'berubah' dari tidak tahu menjadi tahu dan sadar. Murid dapat memikirkan, merasakan, dan mempertimbangkan perilaku yang dilakukan.
Watak biologis memang tidak dapat dihilangkan, dan melekat terus-menerus, namun dengan pendidikan (bagian intelligible) dapat menutupi/ mengalahkan/ menghilangkan bagian biologis yang kurang baik tersebut. Melalui proses pendidikan, kecakapan budi pekerti murid akan tumbuh dan berkembang. Sehingga mampu mengendalikan tabiat asli dan watak biologis, dan menebalkan watak-watak baik peserta didik, mewujudkan kepribadian dan budi pekerti baik.
Komentar
Posting Komentar